Cerita Apa Saja Tentang Kita

MENIKAH UNTUK APA


Menikah Untuk Apa
Menikah Untuk Apa di www.ritakana.com

Bismillah. Teman, pernah nggak bertanya pada diri sendiri, menikah untuk apa. Ada banyak sekali gadis yang galau di usia menikah, bisa jadi karena belum clear banget sebenarnya tujuan menikah itu untuk apa.

Ibaratnya gini, ketika kita mau pergi, kita ini mesti jelas, arahnya mau kemana, tujuannya mau kemana. Kenapa? Tentu agar kita tahu apa saja persiapan yang harus dilakukan, bekal apa yang perlu dibawa, menyiapkan hati karena kita tahu seberapa jauh jarak yang harus ditempuh.

Jelasnya tujuan ini bukan hanya dibutuhin untuk jelang menikah sih. Tujuan ini penting untuk setiap bagian kehidupan kita. Ah, kebayang nggak, kalau kita sendiri nggak tahu tujuannya mau kemana. Kacau sudah. Berantakan. Bingung.

Ada di antara Teman-teman yang sedang mengalami kebingungan? Yuk, kita ngobrol santai disini.

Tentang Tujuan Menikah


Ada banyak banget ya tujuan orang melakukan sebuah pernikahan. Just to underline, tujuan ini akan berpengaruh banget pada kehidupan pasca menikah. Karena itu, penting untuk mengkristalisasi tujuan pernikahan sebaik-baiknya, jika seseorang menginginkan pernikahannya hanya satu kali, dan satu-satunya sepanjang hidup.

Macam-macam Tujuan dan Sebab Orang Menikah


Memiliki Keturunan


Biasanya yang tujuan utamanya untuk memiliki keturunan adalah keluarga-keluarga yang memiliki status sosial tinggi, keluarga pengusaha, atau kalau di film-film itu keluarga kerajaan ya, yang harus dan urgen banget punya penerus. Maka jadi nggak masalah besar, kalau si suami harus beristri lebih dari satu, agar tujuan punya keturunan tercapai. duh, mendadak jadi merinding kalau ingat intrik-intrik yang terjadi dalam keluarga seperti ini. Tidak jauh dari perebutan kekuasaan.

Karena tujuan besarnya adalah mendapatkan keturunan, maka akan jadi hambatan ketika dalam sebuah pernikahan tidak ada anak yang dilahirkan, atau melahirkan tapi dengan jenis kelamin yang tidak dikehendaki.

Berkasih Sayang


Disini orang menikah karena saling cinta, ingin menyayangi pasangannya dengan maksimal. Ingin melindungi,dan seterusnya. Biasanya, tujuan ini banyak terjadi di anak-anak muda yang dimabuk cinta. Tahunya udah sayang, udah cinta, ya udah nikah saja.

Kepemilikan Harta


Sinetron banget yang ini ya, tapi faktanya di masyarakat memang banyak juga terjadi. Maka, ada cerita pasangan menikah karena kebutuhan keluarga mengamankan harta, agar tidak jatuh ke orang di luar lingkaran mereka. Ada pula pasangan menikah terpaksa karena hutang orang tua. Ada lagi yang menikah karena mengincar harta pasangan, atau harta keluarga pasangannya. Ckckck, beneran kayak nonton sinetron ini.

Pernikahan Tak Sengaja


Hayo, kira-kira yang kayak gimana ini. Ya ini pernikahan yang terjadi karena ‘kecelakaan’. Karena sesuatu sebab sehingga terpaksa harus menikah. MIsalnya hamil diluar nikah, atau kesalahpahaman sehingga harus menikah.

Memenuhi Perintah Orang Tua


Jadi bener-bener nikahnya tuh karena orang tua nyuruh dia nikah. Siap nggak siap, suka nggak suka.

Menikah Untuk Ibadah


Idealnya begini ya, Teman. Karena tujuan hidup manusia kan untuk ibadah. Seperti yang ada di QS. Adz-Dzariyat : 56.

وَمَا خَلَقْتُ الْجِنَّ وَالْاِنْسَ اِلَّا لِيَعْبُدُوْنِ

" Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku."

Dan di QS Al Mulk : 2

ۨالَّذِيْ خَلَقَ الْمَوْتَ وَالْحَيٰوةَ لِيَبْلُوَكُمْ اَيُّكُمْ اَحْسَنُ عَمَلًاۗ وَهُوَ الْعَزِيْزُ الْغَفُوْرُۙ

"(Dia) Yang menciptakan mati dan hidup, untuk menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia Maha Perkasa, Maha Pengampun."

Bagaimana Ketika Menikah untuk Ibadah


Menikah untuk ibadah artinya, menikah sebagai salah satu langkah untuk memenuhi perintah

Allah, misalnya untuk menjaga kesucian diri.

"Qutaibah telah mengabarkan kepada kami, dia berkata: Al-Laits telah menceritakan kepada kami: Dari Muhammad bin 'Ajlan dari Sa'id dari Abu Hurairah: Sesungguhnya Rasulullah SAW bersabda: Tiga golongan yang merupakan hak atas Allah 'Azza Wajalla untuk membantu mereka yaitu Sahaya yang mengadakan perjanjian pembebasan dirinya yang ingin menunaikan kewajibannya, orang yang menikah ingin menjaga kesucian dirinya, dan orang yang berjihad di jalan Allah." (HR. Nasa'i no. 3215).

Karena tujuan menikahnya untuk ibadah, maka hal-hal yang menjadi pertimbangan menikah pun tidak jauh dari pertimbangan ibadah, misalnya kesalehan pasangan.

Apakah si calon istri atau suami ini seorang yang saleh, yang bisa bersama-sama membangun rumah tangga dengan menjadikan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sehari-harinya. Apakah dia ini akan mampu bersama dengan kita mendidik anak-anak yang kelak akan lahir menjadi manusia-manusia yang taat pada Allah. Apakah si calon ini sanggup menjaga kita, dan keluarga, untuk bersama-sama menuju surganya Allah.

Bisa jadi ilmu agamanya belum seberapa, namun dia tidak berhenti belajar untuk menjadi lebih baik.

Kalau menikah dilandasi ibadah, maka untuk keturunan, kasih sayang, harta, ada dalam satu paket. Dan pernikahan tidak akan berguncang gara-gara tidak tercapainya salah satu tujuan yang lain itu.

Misalnya ditakdirkan tidak memiliki keturunan, maka pernikahan tetap akan berjalan. Mungkin tetap akan ada dinamika, namun relatif lebih mudah dihadapi. Fokusnya adalah menjaga keutuhan pernikahan tetap dalam aturan Allah. Urusan anak bisa dicari solusi yang lain, misalnya mengadopsi anak, atau mengambil anak asuh.

Kurang setuju sih aku dengan istilah seorang perempuan yang tidak bisa melahirkan itu perempuan yang tidak sempurna. Atau istilah, seorang perempuan sempurna ketika sudah memiliki anak. Karena anak adalah takdir Allah. Tak berkurang sedikitpun kemuliaan Ummahatul Mukminin Aisyah binti Abu Bakar, meski beliau tidak memiliki keturunan.

Aku mengenal satu pasangan saleh yang sampai usia lanjut belum diberi keturunan karena rahim istri lemah. Namun beliau berdua tetap saling menyayangi, dan mengasuh anak didik yang jumlahnya ratusan, karena beliau berdua memiliki lembaga pendidik pengajar Qur’an. Allahu yarham.

Begitupun dengan kasih sayang. Nasehat Imam Hasan, nikahkanlah putrimu dengan laki-laki yang bertakwa kepada Allah. Kalau laki-laki itu mencintai anakmu, ia akan memuliakannya, dan kalau tidak mencintainya, ia tidak akan menganiayanya. Jadi, tidak selalu harus berlandas cinta. Dalam perjalanan, cinta bisa tergerus, namun ketaatan dalam menjaga utuhnya pernikahan akan menjaga pasangan suami istri dari keruntuhan mahligai rumah tangga. Yang ada adalah rasa saling mengasihi, keinginan untuk menjaga pasangan sebagai sahabat.

Ketika diuji dengan ketiadaan harta, pasangan yang meniatkan untuk ibadah akan lebih sabar menghadapinya.

  
Wanita Shalihah
Wanita Shalihah Memilih Pasangan di www.ritakana.com


Kesimpulan


Selalu mendasarkan hidup dan kehidupan pada niat ibadah adalah pilihan yang insyaAllah aman. Begitu pula untuk urusan menikah. Jadi menikah untuk apa, coba renungkan dulu, sebenarnya menikah mau untuk apa?

Jika ternyata ada niat yang melenceng, mumpung belum terlambat bisa dibenahi dulu. Untuk yang sudah terlanjur bagaimana? Perbaikilah mulai dari perbaiki niatan kembali. Hal-hal lainnya secara bertahap bisa dibenahi. Mungkin tidak akan mudah, tapi bisa dilakukan.

Semoga bisa mencerahkan ya Teman-teman. Kalau ada yang masih membuatmu galau bin risau, just let me know di komen ya.
Cerita Rita | Tempat Cerita Apa Saja Tentang Kita
Seorang perempuan yang masih terus belajar jadi istri istri yang baik, ibu dari 5 anak, suka makan bakso dan pempek. Aktif di beberapa grup bisnis dan juga membina beberapa kelompok ngaji, suka berteman dengan siapa saja.

Related Posts

19 komentar

  1. Jujur bu punya keturunan tuh jadi pikiran bahkan sebelum menikah. Kadang takut aja sebagai perempuan kalau misal nggak punya anak nantinya gimana? Walaupun banyak contoh yang pernikahan tanpa keturunan pun langgeng.

    BalasHapus
    Balasan
    1. manusiawi sih mbak, itu kenapa perlu menajamkan tujuan pernikahan dengan calon suami, agar ke depan apapun tantangannya siap dihadapi bersama.

      Hapus
  2. Semoga kita dapat menjadikan pernikahan sebagai bentuk ibadah terindah dalam hidup. Ibadah berjamaah bersama pasangan dan anak-anak. Semoga juga, keluarga kita adalah miniatur kebahagiaan hidup di surga. Amin.

    BalasHapus
  3. Semoga nanti pernikahanku dilandasi oleh ibadah yang kuat. Agar keberkahan selalu diberikan dalam rumah tangga.

    BalasHapus
  4. Aku juga lagi mengamati fenomena tidak siap menikah hingga usia tertentu pada anak muda jaman ini. Setelah merenungkan fenomena ini, kok sepertinya ada benang merah dengan pergeseran fitrah anak. Anak-anak sekarang mulai dididik jauh dari fitrahnya. Pendidikan di sekolah fokus pada kognitif semata. Anak laki-laki dan perempuan sama. Padahal secara fitrah mereka beda, harusnya ada muatan khusus untuk anak laki-laki yang konsen pada kepemimpinan sementara anak perempuan dapat fitrah keperempuanannya termasuk menjadi istri dan calon ibu.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Setuju bu tami, banyak remaja menikah tanpa bekal cukup, jadilah pernikahan yang rentan.

      Hapus
    2. Setuju sekali bu tami, butuh perbekalan yang cukup untuk remaja2 kita

      Hapus
  5. banyak orang yang tau kalau tujuan menikah itu ibadah, untuk menyempurnakan agama dll. tapi ngga banyak orang yang menggenapkan tau-nya itu dengan ilmu. padahal menikah itu ibadah terpanjang yang tentu perlu perbekalan (ilmu) yaa

    BalasHapus
  6. Kutipannya menyentuh sekali buu... memang benar wakmnita shalihah tidak akan pernah takut menikah dengan lelaki miskin.. huhhuu jadi renungan juga nih buuu

    BalasHapus
    Balasan
    1. Renungan wanita shalihah itu biasanya melahirkan sesuatu yg berharga lagi mbak hehe

      Hapus
  7. Kalau anak zaman now kan jargonnya, "masa anak orang diajak susah, ya nggak mau lah." Aku kok prinsipnya dulu sebelum nikah, "Mari berjuang bersama ya. Kategori susah itu yang kek gimana.. susah kalau dijalani berdua dengan landasan ibadah dan cinta kasih, jadinya juga bahagiaaaa kok."

    Nyatanya banyak yang secara kasat mata, siap secara ekonomi, tapi cuma hitungan hari sudah kacau balau. Sedih kalau baca postingan-postingan anak zaman now yang mendewakan kesiapan ekonomi jadi hal paling utama. Ya, itu penting, tapi kalau kesiapan ekonomi tak dibarengi kesiapan mental dan ilmu menjadi suami istri, ya boong juga..

    Thank you remindernya ya bu :)

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya setuju mbak. Kalau aku sih sering pesen sama gadis2, jangan mau diajak hidup susah, hidup susah kok ngajak2. Tapi kalau diajakinnya berjuang bersama siap.

      Ngerti kan ya bedanya, hehe..

      Hapus
  8. Reminder banget buat aku yang masih jombs :) Harus meluruskan dan menguatkan lagi tujuan menikah biar ga salah arah. Ya, meskipun belum ketemu jodoh, harus memperbanyak bekal dulu. Mohon doanya ya Bu Ritaa 🤭

    BalasHapus
  9. Sebagian orang takut nikah dengan beragam alasan. Apa pun alasannya jalani ajah. Karena gawean ini tidak seburuk/sesulit yang kalian bayangkan.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya juga, ketika sudah jalan ya bisa dilewati. Namun dg bekal cukup insyaAllah akan membantu utk menjalani dg lebih baik.

      Hapus

Posting Komentar