Cerita Apa Saja Tentang Kita

MELIHAT SUDUT PANDANG YANG BERBEDA


MELIHAT SUDUT PANDANG BERBEDA

Tadi habis salat Isya, saat sedang asik menyimak chat di wa grup tiba-tiba ada kucing yang mengendap-endap mau keluar dari kamarku. Lho? Kapan masuk kamarnya? Ternyata aku lupa menutup jendela kamar, jadi kucing bisa masuk melalui sela-sela teralis jendela.

Bikin kaget aja.

Aku nggak punya kucing. Cuma, ada beberapa kucing yang awalnya datang terus dikasih makan, lama-lama sudah menganggap rumah ini sebagai rumah sendiri, hehe...

Kalau kucing yang ini sudah tertib. Mereka hanya masuk rumah kalau pintu terbuka. Karena mereka tahu, makanan akan diberikan di luar rumah, jadi nggak nyari-nyari di dalam.

Nah, jadi ketauan kan, kucing yang tadi nyeruntul pasti 'anak baru' nih. Belum ngerti aturan.

Sambil ngeluarin kucing, sambil mikir. Ngeliat kucing yang sembarangan masuk rumah gini, bisa kesel, tapi juga bisa kasian. Kalau melihat dari ngawurnya kucing, ya jadi kesel. Bikin kaget kan, tahu-tahu nyelonong di kamar. Dasar kucing gak pernah sekolah gak ngerti sopan santun, wkwk...

Tapi, tadi malah aku ngerasa sedih. Mungkin dia masuk karena kelaparan. Karena ternyata makanan kucing yang biasa aku taruh diluar habis. Dan aku lihat kucing-kucing yang sudah sehari-hari disini sudah tertib duduk menunggu dengan tatap penuh harap. Yang punya kucing tahu nih, mata-mata kucing yang sedang penuh harapan kayak gimana.

Mestinya, kalau aku nggak telat menaruh makanan kucingnya, dia gak bakal nyelonong masuk.

Melihat Dari Sudut Pandang yang Berbeda

Menarik menggunakan sudut pandang yang berbeda ini. Alih-alih marah karena kucing masuk, yang ada malah kasian.

Jadi ingat kemarin saat halaqah, membahas tentang objek dakwah, tentang mad'u. Kalau sudut pandangnya tidak tepat, melihat orang yang masih bermaksiat, akan kesal, panas di hati.

Kok ya, udah jelas hukumnya, masih aja melanggar. 

Tapi, kalau mau melihat dari sudut pandang yang lain, akan muncul rasa welas asih. Rasa yang muncul adalah rasa ingin menyayangi. Mereka masih belum menjalankan perintah Allah dengan baik, bisa jadi karena ilmunya belum tahu. Yuk, belajar bersama-sama, gitu.

Atau kalau sudah tahu, ada kondisi yang membuat dia belum bisa taat. Atau juga memang, dia belum siap membuka hati terhadap hidayah itu.

Dakwah kita akan jadi dakwah yang penuh kasih sayang, lembut. Seperti dakwah Rasulullah, yang amat menyayangi umatnya.

Bukan seperti dakwah yang kasar, keras, penuh penghakiman. Kalau memang mengaku jadi umat Nabi, dakwahnya mestinya dakwah Nabi, yang penuh hikmah, dan kata-kata yang baik.

Semoga Allah senantiasa melembutkan hati-hati ini, dan terus mengguyuri kita dengan Rahmat dan Kasih SayangNya.



Cerita Rita | Tempat Cerita Apa Saja Tentang Kita
Seorang perempuan yang masih terus belajar jadi istri istri yang baik, ibu dari 5 anak, suka makan bakso dan pempek. Aktif di beberapa grup bisnis dan juga membina beberapa kelompok ngaji, suka berteman dengan siapa saja.

Related Posts

2 komentar

  1. dulu pas awal-awal masuk halaqah suka sebel sama yang udah 'senior' kayak merasa ekslusif gitu, bukannya merangkul. ngerti kan maksudnya? hihihi...

    kan jadi minder kita yang masih junior dan penuh soda, wkwkwk....

    BalasHapus

Posting Komentar